Powered by Blogger.
RSS

Sebuah Perahu




Dear you, My Princess

Hari ini sepertinya matahari sedang bahagia, walaupun langit di selatan sana terlihat menghitam. Langit selatan, berarti mungkin sekarang di desamu sedang mendung atau mungkin gerimis.
Apa kabarmu hari ini, A... ???

Saat ini mungkin kau sedang memandangi langit juga, menyaksikan Mahakam meluap, menghanyutkan bergalon-galon air ke arah hilir, ke kotaku. Atau, kau sedang sibuk berperahu ke hulu, menangkap angin dan melawan arus dengan perahumu, mengayuh pelan tapi pasti di bawah mendung yang menggantung.
Dan aku, selalu suka berperahu bersamamu, walaupun kadang rasa takut menderaku melihat pinggiran perahu yang berjarak hanya satu jengkal dari air, takut membayangkan kita bisa tenggelam kapan saja bila perahu ini oleng atau kandas di delta anak sungai yang mulai menyurut airnya. Tapi, bersamamu aku berani, selalu ada perasaan aman dan merasa di lindungi.
“di bawah gemintang perahu kita melaju, perlahan.
Dingin menelusup ke dadamu yang berisi aku lewat sela-sela lengan.
Di bibirmu, mengalun lirih dendang anak Mahakam, menabahkan.
Dan aku, dipelukmu, memejam, sambil menghitung detak dada tempatku menyandarkan kepala.
Cinta itu ada, nyata, walau diam, beriak-riak seperti sungai yang sedang memeluk perahu kita. ”

Hei, ingatkah kau. Pernah pada suatu malam disatu perjalanan, perahu kita kandas dan hampir terbalik karena menabrak endapan pasir yang timbul ketika sungai menyurut. Andai cahaya bulan lebih terang malam itu, kau pasti bisa melihat rona wajahku yang memucat, ketakutan setengah mati. Dan kau di buritan sana, tergelak-gelak mendengarku berteriak, mengolok-olokku yang tidak bisa berenang, sial.
Dan beginilah, tiap kali aku menulis sesuatu apa saja tentangmu, ada saja yang selalu kurindui. Kali ini, aku rindu suara tawamu, suara gelak gelimu waktu itu. Sungguh.
A...., suratku ini hanya dialog satu arah yang sepi, hanya penuh dengan kenangan tentangmu yang terekam di memoriku. Dia hanya hening saja. Ada bagian dimana hatiku tersinkronisasi dengan kecengenganku, mengingatmu dengan airmata. Uuurrggh, kau tahu, aku sangat membencinya, benci menjadi cengeng. Seperti seorang yang merasa hidupnya paling malang di dunia.
Sudah sore A..... namanya, seperti biasa. Lalu mengambil gitarmu, menggumankan sebuah lagu. Tiba-tiba aku berharap hari ini lagu yang kau nyanyikan adalah tentang aku, apapun itu.
Dan A......, aku merindukanmu, perjalanan kita, merindukan hulu sungai, merindukan perahu itu… merindukan kita, serindu-rindunya. Apakah kau merasakan itu?
Miss U, Princess

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih Atas Komentarnya


Pilih
Beri Komentar Sebagai => Name/URL